Pendidikan Humanis Hari Ini : Pembentukan Pribadi Berkarakter dengan Memaksimalkan Peran Orang Tua, Guru, Pemerintah dan Masyarakat


Manusia Indonesia seutuhnya yang diidealisasikan menjadi titik puncak pencapaian tujuan pendidikan nasional sebagai proses kemanusiaan dan pemanusiaan sejati masih menjadi dambaan kita, ketika sosok yang sesungguhnya belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan era pasar bebas terus menerpa secara keras. Dari sini dapat dilihat bahwa betapa pentingnya dan perlunya pendidikan bagi anak-anak, jelaslah pula mengapa anak-anak itu harus mendapatkan pendidikan yang layak. Agar bisa menjadi bekal hidupnya di masyarakat kelak, karena merekalah yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Bahwa kita ketahui apabila suatu bangsa generasi penerusnya bagus maka masa depan bangsapun akan bagus pula, begitu juga sebaliknya apabila generasi atau penerus bangsa rusak maka suramlah masa depan bangsa tersebut.

Keluarga sebagai  lingkungan pertama yang membentuk pribadi seorang anak akan memberikan pengaruh besar dalam kehidupan anak saat ini dan kelak. Apabila dalam keluarga kurang memberikan pemenuhan yang seimbang terhadap kebutuhan dan nilai yang memberi cara pandang terhadap anak dalam menjalani kehidupan, maka akan timbul pengaruh yang kurang baik pada kehidupannya kelak. Kehidupan keluarga penuh tantangan dan tanggung jawab. Di satu sisi jadwal yang padat, pekerjaan diluar maupun didalam rumah, tanggung jawab, janji, dan sebagainya. Kesemuanya menuntut agar dapat dijalankan dengan mulus. Setiap orang tua pasti mendambakan kehidupan yang damai, membesarkan anak yang baik dan bermartabat, meraih mimpi-mimpi, meraih kepuasan pribadi, dan tetap menjadi orang tua yang bertanggung jawab. Akhirnya mereka memerlukan keseimbangan dalam menjalankan kehidupan ditengah peran-peran tadi.

Untuk mencapai keseimbangan dalam peran-peran tersebut yang akan membawa terhadap kesuksesan keluarga dimulai dari paradigma yang merupakan peta dalam menjalankan kehidupan. Kita bertanggung jawab atas efektifitas kita sendiri, kebahagiaan kita, dan untuk sebagian besar keadaan kita. Apakah derita atau senang, baik atau buruk, dan sebagainya, kesemuanya didasarkan pada bagaimana kita merespon keadaan tersebut. Respon yang benar adalah respon yang didasarkan pada prinsip yang hakiki sebagai acuan paradigma kita. Namun kadang kita melupakan salah satu sisi dari manusia sehingga paradigma kita kurang akurat, karena sebenarnya dengan paradigma yang berpusat pada prinsip yang benar maka keutuhan dalam memandang manusia akan terpenuhi.

Paradigma pribadi utuh sangat dibutuhkan dalam memandang manusia terutama dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Dengan paradigma utuh setiap orang dalam organisasi apapun dapat menyalurkan bakat, kecerdikan, dan kreativitas, sehingga organisasi tersebut sungguh hebat dan bertahan lama. Hal-hal seperti itulah yang seharusnya ditanamkan setiap orang tua kepada seluruh anggota keluarganya atau bahkan mungkin dapat diterapkan kepada masyarakat dilingkungannya.

Selanjutnya setiap anak pasti akan memasuki kehidupan bermasyarakat yang merupakan lingkungan kedua dalam pembentukan pribadi seorang anak. Dalam kehidupan bermasyarakat inilah seorang anak akan terbentuk menjadi pribadi seutuhnya, karena dalam tahap ini ia mengalami proses pencarian jati diri. Mulai menunjukan eksistensinya dalam kehidupan bermasyarakat melalui potensi-potensi yang ada dalam dirinya dengan tujuan mendapat pengakuan dari lingkungannya. Lingkungan yang di maksud bukan hanya lingkungan yang berada disekitar rumahnya. Tetapi seluruh aspek kehidupan yang berada diluar kehidupan keluarga.

Menurut Paul B. Horton & C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan yang sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut. Kumpulan manusia atau masyarakat yang dinilai sangat berpengaruh dalam membentuk pribadi seorang anak adalah dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan ini seorang anak akan disebut sebagai siswa ataupun mahasiswa untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi yakni perguruan tinggi. Disini ada yang disebut dengan guru ataupun dosen, yang akan menjadi perantara transfer ilmu pengetahuan. Guru maupun dosen disini menjadi orang tua kedua dalam proses membentuk pribadi berkarakter.

Dalam masyarakat yang lebih maju menilai pendidikan didalam keluarga tidak cukup, oleh karena itu orang tua menyerahkan pendidikan anaknya pada lembaga pendidikan formal yang disebut sekolah. Di sekolah seorang anak akan mengalami proses belajar seperti layaknya yang terjadi di keluarga. Belajar adalah suatu kegiatan yang fundamental dalam diri seseorang yang diperoleh melalui proses adaptasi prilaku melalui lingkungan disekitarnya sehingga seseorang dapat mengambil setiap makna dan pemahamannya dari setiap kegiatan yang ia amati maupun ia lakaukan.

Dalam sekolah anak diberi berbagai pengetahuan baik pengetahuan yang berkaitan untuk pengembangan pribadi, pengetahuan untuk bekal hidup dalam masyarakat, dan pengetahuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih lanjut. Pendidikan di sekolah dilaksanakan secara bertingkat-tingkat, pada dasarnya dibedakan pendidik dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Anak yang telah selesai pada tingkat pendidikan tertentu yang memerlukan keterampilan tertentu dapat masuk pada pendidikan nonformal dalam lembaga pendidikan masyarakat. Setelah mendapatkan tambahan keterampilan maka ia terjun kedunia kerja dalam masyarakat. Akan tetapi ada juga yang setelah selesai pendidikan pada tingkat pendidikan tertentu langsung memasuki dunia kerja dalam masyarakat.

Dunia pendidikan mempunyai tugas yang komplek, namun secara garis besar dunia pendidikan dalam proses pembentukan karakter seorang anak mempunyai tiga tugas penting :

Tugas pertama adalah menciptakan generasi yang bervisi dan bermisi terhadap kehidupannya adalah sesuatu yang penting. Bangunan visi dan misi yang jelas akan membangkitkan motivasi untuk berprestasi, dan prestasi hidup amatlah penting karena kesuksesan hidup di masa depan adalah akumulasi prestasi itu sendiri.

Tugas kedua bagi dunia pendidikan adalah memberi penyadaran terhadap siswa. Proses penyadaran adalah dialektika antara realitas dunia luar dengan pribadi itu sendiri, antara harapan dan kenyataan, antara peluang dan hambatan, serta antara kekuatan dan kelemahan. Dengan penyadaran seperti ini maka siswa harus senantiasa dibekali dengan SWOT pribadi (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman). Dengan kesadaran yang tinggi akan eksistensinya maka siswa akan mempunyai kesadaran posisi koordinat hidupnya. Dengan demikian maka akan tercipta generasi yang kreatif, inovatif, tidak mudah putus asa, tidak mudah stress dan bukan generasi yang mudah frustasi terhadap dinamika kehidupan.

Sedangkan tugas yang ketiga adalah menciptakan generasi yang berpengharapan. Generasi yang berpengharapan adalah generasi yang berharap untuk lebih baik, untuk lebih berguna, dan harapan untuk lebih menjadi manusia. Harapan untuk lebih baik adalah sebuah evolusi diri, sebuah proses dialektika antara kondisi dirianya sekarang dengan norma-norma positif yang berlaku dalam masyarakat, agama, dan negara, serta dalam cakupan lokal, nasional, maupun internasional. Dialektika ini membawa sebuah evaluasi sikap agar termotivasi untuk berhijrah dari yang kurang baik menjadi baik, dari yang baik menjadi lebih baik lagi. Harapan untuk lebih berguna penting untuk diajarkan dalam kehidupan siswa karena akan memberi kepuasan batin dan memperkuat eksistensinya sebagai makhluk sosial.

Setelah orang tua menyerahkan anaknya pada sekolah tertentu, tidak berarti orang tua bebas dari tanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan anaknya pada sekolah tersebut. Di pihak lain sekolah menyadari bahwa guru juga perlu mengetahui latar belakang kehidupan anak. Oleh karena itu perlu dijalin hubungan yang erat antara guru dan orang tua. Orang tua perlu memberikan penjelasan tentang latar belakang anak dan keluarganya kepada guru atau sekolah agar pendidikan anaknya dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dengan memuaskan. Guru perlu berkomunikasi dengan orang tua siswa, berbagai cara perlu ditempuh untuk mengadakan komunikasi dengan orang tua. Seperti kunjungan kerumah anak, meminta orang tua datang kesekolah, mengadakan pertemuan orang tua murid dengan guru dan sebagainya. Sehingga tugas dari dunia pendidikan dapat berjalan lancar dan tujuannya tercapai.

Menyadari bahwa peran orang tua dan dunia pendidikan dalam hal ini adalah guru maupun dosen sangatlah penting dalam proses pembentukan pribadi seseorang, maka dalam pelaksanaannya mutlak adanya kerjasama yang baik, koordinasi yang harmonis antara orang tua dan guru. Kerjasama yang baik tersebut bentuknya dapat bermacam-macam, namun hal yang sangat berkaitan dengan tujuan membentuk pribadi berkarakter adalah bagaimana seharusanya antara orang tua dan guru merumuskan proses pembelajaran yang berkualitas, yang sesuai dengan kebutuhan.

Untuk membentuk proses pembelajaran yang berkualitas diperlukan partisipasi yang tinggi dari semua penyelenggara pendidikan. Dalam hal ini, terdapat dua kata kunci pokok yang harus diperhatikan guna keberhasilan pendidikan: (1) Anggaran pendidikan yang memadai dari pemerintah dan (2) Partisipasi guru, murid dan orang tua. Anggaran pendidikan adalah bentuk tanggungjawab negara terhadap warganya yang diatur oleh undang-undang. Negara yang peduli dengan generasi masa depan bangsanya akan memprioritaskan anggaran pendidikan pada anggaran belanja negaranya.

Terkait dengan partisipasi guru, hal terpenting yang harus dilakukan guru adalah pembaharuan pendidikan dalam proses pembelajaran pribadi berkarakter. Pembaharuan pendidikan dilakukan jika tidak menyentuh apa yang digelar guru di muka kelas, maka pembaharuan dan apapun namanya tidak berarti apa-apa. Sementara terkait dengan partisipasi murid, proses pendidikan tidak akan berjalan jika tidak ada kesadaran dari peserta didik bahwa proses pembelajaran itu orientasinya ada pada peserta didik itu sendiri, bukan pada pendidik. Apapun pembaharuan pendidikan jika peserta didik tidak menyadari tugas dan fungsinya maka tujuan pendidikan tidak akan tercapai. Berkenaan dengan tanggungjawab orang tua, penyelenggaraan pendidikan tidak mungkin hanya dapat dilaksanakan oleh pemerintah saja tanpa partisipasi orang tua.

Dari uraian diatas kita juga dapat mengetahui bahwa partisipasi pemerintah adalah mutlak adanya. Pemerintah tidak sebatas berperan sebagai penyedia anggaran atau penyandang dana dalam proses pembelajaran. Tetapi pemerintah juga berperan sebagai pendamping pendidikan, sebagai mitra pendidikan dan sebagai fasilitator pendidikan.

Sebagai pendamping pendidikan, pemerintah harus melepaskan perannya dari penentu segalanya dalam pengembangan program belajar menjadi pendamping masyarakat yang setiap saat harus melayani dan memfasilitasi berbagai kebutuhan dan aktivitas masyarakat. Kemampuan petugas sebagai teman, sahabat, mitra setia dalam membahas, mendiskusikan, membantu merencanakan dan menyelenggarakan kegiatan yang dibutuhkan masyarakat perlu terus dikembangkan. Sebagai pendamping, mereka dilatih untuk dapat memberikan konstribusi pada masyarakat dalam memerankan diri sebagai pendamping. Acuan kerja yang dipegangnya adalah kembali pada apa yang telah diajarkan Bapak Pendidikan kita yakni Ki Hajar Dewantara yang meliputi : Tutwuri Handayani (mengikuti dari belakang, tetapi memberikan peringatan bila akan terjadi penyimpangan). Pada saat yang tepat mereka mampu menampilkan Ing Madya Mangun Karsa (bila berada di antara mereka, petugas memberikan semangat), dan sebagai pendamping, petugas harus dapat dijadikan panutan masyarakat ( Ing Ngarsa Sung Tuladha).

Sebagai mitra pendidikan, apabila dilihat dari konsep pemberdayaan yang menempatkan masyarakat sebagai subjek, maka masyarakat harus dianggap sebagai mitra. Hubungan dalam pengambilan keputusan bersifat horizontal, sejajar, setara dalam satu jalur yang sama. Tidak ada sifat ingin menang sendiri, ingin tampil sendiri, ingin tenar/populer sendiri, atau ingin diakui sendiri. Sebagai mitra, pemerintah harus dapat saling memberi, saling mengisi, saling mendukung dan tidak berseberangan dengan masyarakat, tidak terlalu banyak campur tangan yang akan menyusahkan, membuat masyarakat pasif dan akhirnya mematikan kreativitas masyarakat. Itulah yang haris dilakukan pemerintah sebagai mitra pendidikan.

Sedangkan pemerintah sebagai fasilitator pendidikan adalah pemerintah seharusnya merupakan fasilitator yang ramah, menyatu dengan masyarakat, bersahabat, menghargai masyarakat, mampu menangkap aspirasi masyarakat, mampu membuka jalan, mampu membantu menemukan peluang, mampu memberikan dukungan, mampu meringankan beban pekerjaan masyarakat, mampu menghidupkan komunikasi dan partisipasi masyarakat tanpa masyarakat merasa terbebani.

Begitu besar peran orang tua, guru, maupun pemerintah dalam bidang pendidikan. Tetapi apabila kita cermati bersama, partisipasi elemen-elemen tersebut masih kurang lengkap tanpa hadirnya masyarakat dalam bidang pendidikan. Karena pada dasarnya masyarakat juga memiliki peran yang sama besar seperti orang tua, guru maupun pemerintah.

Dengan memandang manusia sebagai makhluk sosial yaitu makhluk yang memiliki dorongan untuk hidup berkelompok secara bersama-sama yang didasari pada pemahaman bahwa manusia hidup bermasyarakat. Pendidikan dalam konteks ini adalah usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar mereka dapat berperan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan lingkungan. Dalam hal pengaruh sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya tergantung pada luas tidaknya produk serta kualitas pendidikan itu sendiri. Semakin besar output sekolah tersebut dengan disertai kualitas yang mantap dalam artian mampu mencetak sumber daya manusia yang berkualitas maka tentu saja pengaruhnya sangat positif bagi masyarakat, sebaliknya meskipun lembaga pendidikan mampu mengeluarkan outputnya tapi dengan sumber daya manusia yang rendah secara kualitas, itu juga jadi masalah tidak saja bagi output yang bersangkutan tapi berpengaruh juga bagi masyarakat.

Pendidikan dan masyarakat saling memiliki keterkaitan, untuk mengembangkan pendidikan diperlukan partisipasi dari masyarakat. Masyarakat dalam konteks ini berperan sebagai subjek atau pelaku pendidikan, tanpa adanya kesadaran masyarakat akan pendidikan, maka negara tidak akan berkembang, kita akan tergantung pada orang atau negara lain yang jauh lebih berkembang dari kita, maka dari itu peranan masyarakat terhadap pendidikan sangat berpengaruh untuk perkembangan wilayah atau negaranya sendiri, melalui pendidikan masyarakat dapat memperoleh ilmu yang dapat ia manfaatkan didalam kehidupan untuk kesejahteraan bersama.

Bila dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan banyak orang yang dengan berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan sampai kepada yang berpendidikan tinggi. Baiknya kualitas suatu masyarakat ditentukan oleh kualitas pendidikan para anggotanya, makin baik pendidikan anggotanya, makin baik pula kualitas masyarakat secara keseluruhan.

Masyarakat merupakan lembaga pendidikan/lingkungan pembentuk pribadi berkarakter yang ketiga setelah pendidikan dilingkungan keluarga dan lingkungan sekolah/dunia pendidikan formal. Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan sebenarnya masih belum jelas, tidak sejelas tanggung jawab pendidikan di lingkungan keluarga dan sekolah. Hal ini disebabkan faktor waktu, hubungan, sifat dan isi pergaulan yang terjadi di masyarakat. Meski demikian masyarakat mempunyai peran yang besar dalam pelaksanaan pendidikan nasional. Peran masyarakat antara lain menciptakan suasana yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan nasional, ikut melaksanakan pendidikan non pemerintah (sosial).

Walaupun tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan belum jelas, akan tetapi masyarakat harus berperan aktif dalam pendidikan, karena masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga setelah lingkungan keluarga dan sekolah. Oleh karena itu untuk memperoleh kualitas yang baik terhadap pendidikan, maka kualitas masyarakat pun harus baik, agar saling menunjang antara satu dan lainnya, jika kualitas pendidikannya baik maka hasilnya akan baik secara keseluruhan.

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, guru, pemerintah, dan tentunya masyarakat. Oleh karena itu perlu dijalin hubungan yang erat, hubungan yang baik serta harmonis antara semua elemen penyelenggara pendidikan. Peran orangtua sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Terutama perkembangan anak diusia dini, karena hal yang pertama kali dilihat dan dicontoh oleh si anak adalah orangtua dan lingkungan keluarga. Untuk perkembangan kepribadian anak-anak yang sempurna dan serasi, mereka harus tumbuh dalam lingkungan keluarga dalam suatu iklim kebahagiaan, penuh kasih sayang dan pengertian. Penanaman nilai-nilai dasar kehidupan yang terpuji kepada seorang anak menjadi tugas utama orang tua.

Seperti telah diuraikan diatas bahwa dunia pendidikan mempunyai tugas yang komplek berkaitan dengan membangkitkan motivasi, memberi penyadaran, dan memberi pengharapan bagi siapa saja yang berada didalamnya. Untuk mewujudkan tujuan itu diperlukan kerja keras dan kerjasama antara orang tua, guru, pemerintah dan masyarakat sebagai pembentuk dunia pendidikan itu sendiri. Kerja keras dan kerja sama yang baik itu pula yang akan mensukseskan peran pemerintah sebagai penyandang dana, pendamping, mitra, dan fasilitator pendidikan.

Dan terakhir peranan masyarakat sebagai kekuatan kontrol dalam pelaksanaan berbagai program pemerintah menjadi sangat penting. Di bidang pendidikan partisipasi ini lebih strategis lagi. Karena partisipasi tersebut bisa menjadi semacam kekuatan kontrol bagi pelaksanaan dan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah. Peranan masyarakat sangat berpengaruh terhadap pendidikan, sebagai penunjang perkembangan bangsa dan negara. Masyarakat sebagai subjek yang melaksanakan pendidikan, jika masyarakat peduli akan pendidikan, maka negara dimana ia berpijak akan berkembang, akan tetapi jika tidak peduli akan pendidikan, maka negara dan bangsanya akan melemah dan tak berkembang.
Pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina  kepribadian agar sesuai dengan norma-norma atau aturan yang ada. Sehingga kelak dikemudian hari setiap manusia mampu berpikir dewasa dan bijak sehingga masa depan bangsa ini akan menjadi lebih baik.

Daftar Pustaka

  1. Dradjat, Zakiah. 1975. Ketenangan dan Kebahagiaan Dalam Keluarga. Jakarta: Bulan Bintang.
  2. MimiDoe, SQ Untuk Ibu: Cara-cara Praktis dan Inspiratif Untuk Mewujudkan Ketentraman Ruhani. (Bandung: Penerbit Kaifa,2002), hal 15.
  3. Manajemen Berbasis Sekolah, http://jeperis.wordpress.com/2009/07/29/manajemen-berbasis-sekolah/. Tanggal akses 28 April 2011.
  4. Mustakim, S.Pd.,MM. Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah,  http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/05/peningkatan-mutu-pembelajaran-di-sekolah/. Tanggal akses 28 April 2011.
  5. Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan, http://kafeilmu.com/2011/01/partisipasi-masyarakat-dalam-pendidikan.html. Tanggal akses 28 April 2011.
  6. Pengertian Masyarakat, Unsur Dan Kriteria Masyarakat Dalam Kehidupan Sosial Antar Manusia, http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalam-kehidupan-sosial-antar-manusia#comment-16629. Tanggal akses 28 April 2011.
  7. Peran Pemerintah Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Anak Indonesia,  http://budiutomo79.blogspot.com/search/label/Pendidikan%20Anak. Tanggal akses 28 April 2011.
  8. Peran Pendidikan Menuju Bangsa Yang Bermartabat, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/02/15/peran-pendidikan-menuju-bangsa-yang-bermartabat/. Tanggal akses 28 April 2011.
  9. Prof . Suyanto Ph.D. Urgensi Pendidikan Karakter, http://waskitamandiribk.wordpress.com/2010/06/02/urgensi-pendidikan-karakter/. Tanggal akses 28 April 2011.
  10. Sagala, S. 2004. Manajemen Berbasis sekolah dan Masyarakat. Strategi Memenangkan Persaingan Mutu. PT Rakasta Samasta, Jakarta.
  11. Sudarwam Danim, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 1
  12. Tentang Pendidikan Karakter, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp/. Tanggal akses 28 April 2011.
  13. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
  14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Note: Di Ikutkan dalam Lomba Essay PPKB UGM

Untung Waluyo

Untung Waluyo is a BEng candidate from One of Yogyakarta Universites. He is interest in the field of Renewable Energy and Smart House System.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar