Pentingnya Sosialisasi Pengelolaan Sampah



Sampah pada dasarnya dihasilkan oleh atau merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Hukum termodinamika kedua menyatakan bahwa hakikatnya proses perubahan materi atau proses produksi apapun tidak ada yang berjalan effisien 100 persen. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah yang jumlah dan volumenya sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang atau material yang kita gunakan sehari – hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari gaya hidup dan jenis material yang kita konsumsi.

Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Namun bagaimanakah pemenuhan kewjiban tersebut dapat dilaksanakan secara benar. Jika setiap orang hanya bisa menumpuk sampah yang kemudian dikumpulkan ditempat pembuangan akhir, tanpa berfikir bagaimana memproses tumpukan sampah itu. Meski sudah banyak gerakan masyarakat dalam hal pengelolan sampah, namun jumlahnya belum sepadan jika di  bandingkan dengan produksi sampah yang cenderung terus meningkat.

Sebenarnya apabila dikelola dengan benar, sampah bukan lagi masalah. Sebaliknya  sampah dapat digali nilai ekonomisnya, dapat menampung tenaga kerja tidak terdidik, dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan masyarakat lainnya, sambil mengelola lingkungan secara lebih baik. Sekarang yang perlu kita lakukan adalah mensosialisasikan pengelolaan sampah yang benar kepada masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Kegiatan sosialisasi tersebut bisa diberikan dalam acara PKK, rembug desa atau semacamnya.

Di tempat penampungan sampah, sampah-sampah ini disortasi. Sortasi sampah merupakan bagian yang cukup rumit. Banyak makan waktu dan tenaga, karena itu sebaiknya warga memisahkan sampah organik dan non organik sejak dari rumah-rumah. Hal ini perlu penyadaran yang terus menerus, mungkin perlu waktu lama tetapi harus dimulai sejak dari sekarang. Mungkin sebagai perangsang bisa dengan memberikan reward bagi warga yang mau memisahkan sampahnya. Rewardnya tidak perlu mahal-mahal, misalnya warga yang mau memisahkan sampahnya diberi hadiah tanaman hias atau tanaman-tanaman yang lain.

Sampah warga sama seperti sampah-sampah kota pada umumnya. Sampah ini bercampur antara sampah organik dengan sampah non organik. Sampah warga didominasi oleh sampah-sampah non organik. Sampah non organik yang paling banyak adalah sampah plastik. Sampah dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, sampah non organik dan sampah organik. Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal, diantaranya tipe zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.

Dari setiap kelompok ini berdasarkan bisa tidaknya didaur ulang dapat dikelompokkan menjadi bisa didaur ulang dan tidak bisa didaur ulang. Sampah non-organik yang tidak bisa didaur ulang seharusnya dibakar. Partisipasi masyarakat dalam pengelolan sampah sebaiknya perlu diarahkan terlebih dahulu seperti bagaimana mengolah sampah basah, sampah kering, ataupun sampah khusus. Jenis-jenis sampah tersebut tentulah berbeda dalam penanganannya. Salah satu metode yang sudah tidak asing di telinga masyarakat adalah proses daur ulang. Daur ulang  adalah proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali. Sampah basah bisa didaur ulang, karena sampah jenis ini dapat diuraikan oleh mikroorganisme sehingga bisa dijadikan kompos yang memiliki nilai tambah karena dapat dijual dalam bentuk kemasan sebagai pupuk organik. Atau dapat di gunakan untuk keperluan sendiri yaitu untuk memupuk lahan pertaniannya.. Material sampah organik, seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas, bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.

Sampah kering dapat digunakan kembali sebagaimana fungsi awalnya juga menggunakan metode daur ulang. Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang ,yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang , contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur. Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum , kaleng baja makanan/minuman, Botol plastik, botol kaca , kertas karton, koran, majalah, dan kardus. Sedangkan untuk sampah khusus seperti botol-botol yang terbuat dari kaca, lampu-lampu bekas atau yang semacamnya bisa dihancurkan karena jenis sampah ini tidak bisa digunakan kembali.

Begitu juga untuk TPA regional, dalam prakteknya perlu diarahkan agar dapat beroperasi sebagaimana mestinya. Hal-hal mendasar berdasarkan fakta-fakta yang terjadi dilapangan adalah:

Pertama, siapa yang mengelola, apakah suatu lembaga gabungan dari dinas PU/kebersihan, atau kabupaten/kota , maupun suatu lembaga yang baru dari kalangan profesional seperti perusahaan daerah atau lembaga independen.

Kedua, pendanaan, apakah dari APBN, APBD provinsi, atau sharing dari APBD kabupaten/kota. Apakah disubsidi pemerintah terus atau sampai bisa mandiri saja. Berapa biaya membuang sampah di lokasi tersebut, berapa biaya operasionalnya.

Ketiga, aset. Bagaimana aset yang telah dimiliki oleh pemkab/pemkot, apakah ada penggabungan aset atau dikelola secara terpisah. Keempat lokasi. Di mana lokasi paling tepat yang secara teknis dan operasional terjangkau. Kondisi empirik menunjukkan bahwa, pengelolaan sampah selama ini hanya terfokus pada pengumpulan dan pengangkutan ke tempat pemrosesan akhir (TPA) tanpa melalui pengolahan tertentu.

Pendidikan dan kesadaran di bidang pengelolaan limbah dan sampah yang semakin penting dari perspektif global dari manajemen sumber daya. Pernyataan merupakan deklarasi untuk kesinambungan khawatir dengan skala dan belum pernah terjadi sebelumnya kecepatan dan degradasi lingkungan, dan penipisan sumber daya alam. Lokal, regional, dan global polusi udara; akumulasi dan distribusi limbah beracun, penipisan dan kerusakan hutan, tanah, dan air; dari penipisan lapisan ozon dan emisi gas mengancam kelangsungan hidup manusia dan ribuan lainnya hidup spesies, integritas bumi dan keanekaragaman hayati, keamanan negara, dan warisan dari generasi masa depan.

Pengelolan sampah yang baik dapat memberikan kontribusi besar baik itu untuk lingkungan itu sendiri maupun dari segi ekonomisnya. Pada hakekatnya permasalahan sampah bukan hanya tanggung jawab satu pihak, tetapi semua pihak. Manfaat pengelolaan sampah diantaranya:  penghematan sumber daya alam, penghematan energi, penghematan lahan TPA, lingkungan asri (bersih, sehat, dan nyaman).

Salah satu faktor penentu keberhasilan pengelolaan sampah adalah keikutsertaan masyarakat setempat untuk lebih memperhatikan lingkungan secara berkelanjutan. Sebab sumber awal penumpukan sampah adalah masyarakat, maka masyarakat pulalah yang harus menjalankan funsinya dalam konteks manajemen persampahan.

Note: Di ikutkan dalam Lomba Essay MIT BEM KMFT UGM

Untung Waluyo

Untung Waluyo is a BEng candidate from One of Yogyakarta Universites. He is interest in the field of Renewable Energy and Smart House System.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar